Menulis Itu Dahsyat

on Minggu, 27 Februari 2011

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Kedahsyatan Menulis

Syam_Albisri

Berbagi kata, berbagi cerita, berbagi cinta… sungguh menyenangkan. Yakinlah, bahwa dengan menulis kita bisa melakukan apapun yang diinginkan, termasuk itu tadi. Misalnya lagi, saling berbagi ide atau pendapat. Banyak gagasan yang numpuk di kepala kemudian kita tuangkan dalam bentuk tulisan, selanjutnya dibaca banyak orang. Tidakkah itu menyenangkan ?

By the way, dengan menulispun berbagi rasa, baik itu sedih, bahagia bahkan perasaan resah gelisah apalagi jatuh cinta, tentu sama nikmatnya untuk diobral (baca : diceritakan) ke orang lain.

Setiap orang pada dasarnya pengen diperhatikan dan ingin diakui karena keakuannya. So, dengan menulis kabarkanlah ke khalayak siapa kita sebenarnya, tanpa harus teriak-teriak apalagi jingkrak - jingkrak. Beritahu siapa dirimu, tidak hanya lingkungan sekitar, seluruh dunia sekalipun.

Bagi Qita-qita yang agak belibet kalau disuruh ngomong alias tidak terbiasa berbicara di depan umum, nah, tuliskan saja apa yang ingin disampaikan niscaya tulisan kita bisa jadi senjata ampuh sakti mandraguna.

Emm..lebih seru lagi kalau kita yang cowok mau khitbah atau ngelamar wanita untuk dinikahi, tapi nggak ku ku mengungkapkan perasaan hati kita kepada orang yang kita sukai secara langsung, atau merasa malmau alias malu tapi mau kalau lewat mak comblang. Wow…Nulis surat bisa menjadi pilihan paling save untuk mengutarakan rasa cinta, do’a dan istikharah jangan lupa tentunya. Gimana kalau diterima ? duuh…bahagia nian ! ayo katakan cinta dengan pena.

Masih seputar kedahsyatan menulis, ternyata tajamnya pena itu bisa melebihi tajamnya pedang bahkan lebih serem dari meriam. Ingatkah dengan Bang Napolleon Bonaparte ? hem… dia tuh kaisar Prancis yang katanya gagah pemberani. Ribuan musuh dengan senjata lengkap, itu tidak ada apa-apanya. “Tiada takut…tiada gentar, hancurkan…hancurkan !!” begitu pekiknya (penulis). Tapi, ada yang lebih ia takuti dari semua itu, ya…tajamnya pena para penulis. Ayo jadilah pendekar bersenjata pena.

Pengen jadi orang terkenal ? gampang saja. Resepnya adalah menulis. Seorang ulama yang mahsyur bernama Asy Syahid Sayyid Quthb. Beliau adalah ‘lulusan’ penjara rezim Mesir yang tersohor di seantero jagat dengan karyanya yang fenomenal yaitu tafsir Fi Dzilalil qur’an dan Ma’alim fi Ath Thariq. Kitab tafsir yang ditulis di penjara ini telah menjadi rujukan ulama dan da’i masa kini dalam menuntut ilmu dan mengemban dakwah, aktivitas yang oke punya itu.

Coba terka, penuliskah ibnu Khaldun itu ? benar ! beliau sosiolog ulung yang juga penulis handal. Sehingga, dari lentik jemari + penanya telah di reales sebuah buku “Mukaddimah” yang ‘Best Seller’ itu. So, banyak ulama-ulama sholeh dikenal keberadaannya setelah melakukan aktivitas menulis (sekalipun mereka tidak mengharapkan popularitas). Mereka lihai dalam merangkai kata-kata yang enak dibaca dan mudah di fahami, sehingga lahirlah karya-karya istimewa yang berguna bagi umat.

Dari dulu hingga kini, para ilmuan terutama dalam bidang kedokteran akan teriak histeris (ketemu artis kali) jika disebut nama ibnu Rusyd. Subhanallah…dari solo karirnya tercatat telah membukukan kajian-kajian ilmiah tentang jaringan dalam kelopak mata. Dalam waktu singkat saja, buah karyanya ‘laku keras’ di pasaran dan menjadi panduan ilmu kedokteran modern. Hebat bukan !

Masih banyak lagi kedahsyatan menulis beserta deretan penebar ide, ilmu, cerita, perasaan dan cinta dengan kelebatan-kelebatan pikiran yang begitu cermat diungkapkan melalui dunia tulis-menulis ini. Sebut saja Al-Bukhori, Imam Muslim, Ibnu Katsir, Imam Al-Ghazali, Imam Syahid Hassan al Banna, Prof. Hamka, Yusuf Qardhawi plus jajaran ‘selebritis’ dalam negeri masa kini. Diantaranya Fauzil Adhim, Aa Gym, Gola Gong, Oleh Solihin, Boim Lebon, Pipit Senja, Asma Nadia, Helvi Tiana Rosa, dsb. Baik penulis fiksi maupun nonfiksi. Nama-nama beken itu telah mencurahkan kehidupannya untuk ‘sekedar’ menulis. Tidak diragukan lagi, buah karyanya sudah menjadi penghuni lemari buku koleksi kita.

Memang ! Menulis itu nggak ada matinye !!! Subhanallah…Sudahlah menyenangkan, nikmat, berkah, eh…ibadah lagi. Dari ‘sekedar’ menulis tadi, buku Risalah Pergerakan Hasan al Banna telah menjadi bacaan ‘wajib’ bagi aktivis pergerakan Ikhwan yang merupakan Organisasi Pergerakan Islam terbesar di dunia saat ini.

Menulis itu memang berkah, dari ‘sekedar’ menulis tadi, seorang penulis bisa membeli tanah, rumah, mobil juga tentunya. Ada juga penulis dengan ‘surat saktinya’ berhasil meluluhkan seorang pujaan hati, sehingga bersedia menjadi pendamping setia sampai mati, bahkan sampai hidup lagi. Ehm..indahnya ! Tidak hanya itu, kucuran pahala bisa mengalir deras, ketika kita menulis dan tulisan kita abadi, dibaca, dipelajari dan diamalkan oleh tujuh turunan bahkan lintas generasi. Masya Allah…selama tulisan itu terus dibaca maka pahala akan tetap mengalir, sekalipun kita telah meninggal dunia.

Sebagai umat terbaik, tidak kalah penting bahkan jauh lebih menyenangkan, lebih nikmat, lebih berkah dan lebih indah. Ada amanah terindah yang harus diemban dalam meniti jalan kehidupan ini. Yaitu berdakwah, sebagaimana Allah perintahkan dalam ( Q.S Ali Imran : 104). “ Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar…” Insya Allah perintah berdakwah itu bisa di aktualisasikan salah satunya dengan menulis. Because nulis itu bagian dari perjuangan umat. Perjuangan untuk mengajak manusia menuju kehidupan Islam. Sehingga akhirnya orang terdorong untuk mempelajari, memahami, dan mengamalkannya. Terlebih bisa bergabung bersama dalam satu barisan sebagai Penyeru-penyeru-Nya.

Maka tuliskanlah ide-ide ‘gila’ kita yang bermanfaat, memberikan penerangan, dan mencerdaskan umat. Gunakanlah pena untuk melawan kedzaliman kaum kafir imperialis, kaum munafik dan musyrik. Tendang dan pukul balik segala pemikiran kotor plus ide-ide gila mereka yang bikin resah dan membahayakan umat. Tirulah ketajaman pena, bahkan ketajaman lidahnya, para ulama, para pemberani yang telah mewariskan ilmu, ketegasan bagaimana bersikap, juga mengajarkan ketulusan dan cinta.

Merupakan kebahagiaan tersendiri, jika kita bisa mempersembahkan yang terbaik buat umat ini. Keluarga bangga, masyarakat senang, Allah SWT pun semakin sayang. Ada karier tepat dan peluang besar dalam dunia tulis menulis, untuk memberikan kebanggaan dan mempersembahkan yang terbaik. So, berminat jadi penulis ? siapa takut ! tapi, hati-hatilah jaga hati. Seperti kata guru ngaji saya Aa Gym “Luruskan niat, maksimalkan ikhtiar”. Ustadz Sanusipun tidak lupa mengingatkan, tidak mudah jadi penulis itu. Macem-macem tuntutan kudu kita penuhin plus tuntutan pertanggungjawaban di akherat kelak.

Yup, Pertama Ikhlas lillahita’ala. Adalah harga mati segala aktivitas, ingat ! menulis adalah bagian dari dakwah dan ibadah. Kedua punya ilmu, ini modal penting dalam menulis, terlebih dalam hidup. Biar tulisan kita oke dan biar hidup lebih hidup, bahagia di dunia dan akhirat. Betul!

Ketiga kerja keras tapi cerdas plus kreatif. Maksudnya, jangan malas, tahan banting, punya rencana or strategi alias profesional. Terakhir (sebenarnya masih banyak) rajin membaca. Penulis yang hebat adalah pembaca yang hebat pula. Jadi, menulis, menulis, dan menulislah…niscaya kita bahagia. Biarkan malaikat penulis kebaikan sibuk menorehkan tinta pahalanya dibuku catatan amal baik kita. Semoga, menulis menjadi wasilah ( jalan ) menuju surga. Amien. Wallahu a’lam.

0 komentar:

Posting Komentar